Wednesday, October 20, 2010

POTRET KEHIDUPAN PINGGIR JALAN

Kita sebagai manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan kita yang sangat beragam dan bervariasi. Dalam pemenuhan kebutuhan tersebut, seringakali kita dihadapkan pada beberapa permasalahan. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana kita bisa memanfaatkan sumber daya yang terbatas tersebut dalam pemenuhan kebutuhan kita? Tentu hal ini akan menimbulkan berbagai macam cara yang nantinya harus kita perankan. Taruhlah kita contoh pada kehidupan masyarakat yang berada di pinggir jalan, dengan susah payah mereka pun juga ingin semua kebutuhannya terpenuhi.
Kebutuhan yang paling pokok disini adalah berupa sandang, pangan, dan papan. Kalaupun toh mereka tidak bisa hidup layak seperti yang mereka harapkan, paling tidak mereka bisa memenuhi kebutuhan perutnya. Banyak sekali masyarakat kita yang masih berada pada garis kemiskinan, ini terbukti dengan kehidupan mereka yang selalu dikejar-kejar oleh kebutuhan.


Potret kehidupan masyarat miskin ini dapat dipantau dipinggir-pinggir jalan yang lalu-lalang dengan mengais rizki tanpa mengenal lelah. Pedagang-pedagang kecil yang selalu tertindas dengan larangan-larangan pemerintah yang tidak mengijinkan untuk berjualan dipinggir jalan atau trotoar. Sehingga mera pontang-panting pada saat ada razia pihak kebersihan. Banyak para gelandangan yang masih mondar-mandir dipinggir jalan, banyak juga para pengemis yang masih berkeliaran di pusat perkotaan maupun telah masuk di perkampungan. Sebenarnya "apa yang mereka butuhkan?" tentu jawabnya adalah "mereka ingin memenuhi kebutuhan hidupnya yang serba kekurangan". Kalau kita menyaksikan itu semua, apa tindakan kita ketika kita dihadapkan dengan keadaan seperti itu? Masihkah kita diam seribu bahasa? Kemanakah pejabat negara yang seharusnya menangani ini semua? Sungguh malang dan tragis nasib mereka, Padahal mereka pun juga punya hak untuk hidup layak seperti yang kita lakukan.

Dari sekelumit tulisan ini semoga bisa menjadi renungan buat kita nantinya, terutama para penguasa pemerintahan, ingatlah bahwa rakyat kita masih butuh banyak pertolongan dan perbaikan taraf kidupnya. Janganlah kalian hanya berfoya-foya dangan uang kami (rakyat). Itu merupakan sebuah PR besar buat negara yang harus dipertanggungjawabkan.

Sekian jeritan hati dari rakyat kita, kurang lebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.